Terbaru 26 Maret 2014 - 18:11 WIB
Jelang pemilu 2014 sebagian
besar media di Indonesia belum menunjukkan independensi dan berpihak
kepada kepentingan publik, kata hasil sebuah penelitian lembaga publik.
Konglomerasi media nasional membuat pemberitaan
di berbagai media cenderung kurang netral, seperti ditunjukkan data
riset yang dipaparkan di gedung Dewan Pers hari Rabu (26/03)."Meski didanai swasta, lembaga penyiaran di Indonesia menggunakan frekuensi publik"
Dandhy Dwi Laksono, AJI
Penelitian juga menyatakan bahwa "RCTI mencitrakan Hary Tanoesudibjo sebagai pahlawan."
Menanggapi hal itu wakil pemimpin redaksi RCTI Eddy Suprapto mengatakan selama ini sudah menjalankan pemberitaan yang berimbang.
"Kalau soal pencitraan (pemilik media), persamaannya adalah sama dengan kandidat-kandidat lain dan pemberitaannya sama juga dengan kandidat lain," kata Eddy kepada BBC Indonesia.
Domain publik
Dandhy Dwi Laksono dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mengatakan bahwa meski lembaga-lembaga penyiaran itu bukan media penyiaran publik tapi mereka menggunakan domain milik publik."Itu namanya frekuensi, jadi meski lembaga itu menggunakan modal swasta tapi ada UU Penyiaran yang mengatakan mereka menggunakan jalur terestrial, yaitu frekuensi milik negara dan sumber daya alam yang terbatas, jadi itu kenapa industri penyiaran swasta is highly regulated," tutur Dandhy.
Sementara itu, ketua Dewan Pers Bagir Manan berharap media di Indonesia bisa menjaga independensinya dan mengutamakan kejujuran dalam pemberitaan.
Di masa mendatang, Bagir Manan mengatakan Dewan Pers akan berusaha membuat regulasi untuk memastikan pemilik media tidak melakukan intervensi ke dalam redaksi.(brt/bbc)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !