Nasib Anggur Probolinggo
Ada berita memprihatinkan bagi kita semua yang datang dari
Probolinggo, Jawa Timur. Bahwasanya sejak tahun 1989 koleksi varietas
anggur yang dimiliki Kebun Percobaan Banjar Sari (KPBS) di Kabupaten
Probolinggo berkurang 59 persen. Sedangkan yang bikin gregetan, peluang
pasar anggur yang terbuka lebar tidak pernah digarap serius oleh
pemerintah daerah setempat.
Sukadar, Kepala KBPS Anggur menyatakan koleksi anggur pada tahun
1989, berjumlah 89 varietas. Itu merupakan koleksi terbesar di
Indonesia. Pada tahun 2006 koleksinya berkurang menjadi 37 varietas.
Artinya, sebanyak 52 varietas anggur hilang dalam rentang waktu 17 tahun
atau sebesar 59 persen. Anda mau tahu sebabnya ?
“ Itu karena kurang perawatan selama periode tersebut. Kurangnya
perawatan ini mungkin terkait dengan perubahan struktural KBPS di
Departemen Pertanian yang terjadi beberapa kali,” tengara Sukadar, yang
baru bertugas pada tahun 2006.
Kemudian sejak tahun 2006 hingga saat ini, rekoleksi atau penghimpunan kembali varietas yang pernah dimiliki kemudian mati sebanyak sembilan varietas, antara lain red globe, fresno, sultona, dan samborsin.
Kemudian sejak tahun 2006 hingga saat ini, rekoleksi atau penghimpunan kembali varietas yang pernah dimiliki kemudian mati sebanyak sembilan varietas, antara lain red globe, fresno, sultona, dan samborsin.
Menurut Sukadar, KBPS Anggur memiliki fungsi utama sebagai
laboratorium penelitian anggur. Karena semua jenis tanaman tersebut
berasal dari mancanegara, para peneliti bisa melakukan uji coba untuk
mengadaptasi anggur agar bisa tumbh dengan baik dan tentu dengan
kualitas baik pula di Indonesia. Supaya kita tidak bergantung pada impor
dari negara-negara asing untuk memenuhi kebutuhan anggur di dalam
negeri.
Di Kota Probolinggo yang juga disebut Kota Anggur, budidaya anggur
masih belum digarap secara serius. Sejauh ini anggur masih menjadi
produk sampingan dan penanaman masih sebatas di pekarangan. Jadi tidak
mustahil, jika tingkat produksinya rendah. Padahal data Dinas Pertanian
Kota Probolinggo menyatakan produksi anggur di wilayahnya rata-rata
33,12 ton per tahun. Sementara permintaan anggur khusus untuk masyarakat
Kota Probolinggo sendiri mencapai 162 ton per tahun. Artinya, petani di
Kota Probolinggo dan sekitarnya baru mampu memenuhi sekitar 20 persen
kebutuhan anggur bagi warganya sendiri. Apalagi jika memperhitungkan
kebutuhan nasional. Maknanya, ada potensi yang luar biasa bermanfaat
bagi kita semua jika konsisten ditekuni.
Di lain pihak diakui pula oleh Salam, Ketua Asosiasi Anggur Prabu
Bestari Kota Probolinggo, kecilnya produksi anggur disebabkan sebagian
besar petani belum berminat membudidayakan tanaman anggur. Mereka
umumnya masih fanatik menanam padi dan jagung yang menjadi tanaman
pokok. Budidaya anggur, masih menurut Salam, memang membutuhkan
perhatian lebih disamping modal yang lebih besar ketimbang menanam padi.
Namun, dari segi pendapatan bersih petani, anggur lebih menguntungkan.
Jadi tidaklah berlebihan jika Anda dan saya harus prihatin, soalnya
untuk buah yang bernama anggur saja kita masih harus bergantung dengan
luar negeri …
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !